Genomik Solidaritas Indonesia (GSI Lab) merupakan bisnis tes usap di bawah naungan PT Genomik Solidaritas Indonesia. Kini perusahaan tersebut telah memiliki lima cabang yang tersebar di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Dari perusahaan tersebut ini publik dihebohkan dengan celotehan-celotehan terhadap keterlibatan pejabat, politikus hingga pengusaha Tanah Air di lingkaran bisnis PCR. Hal tersebut diketahui dari adanya saham milik beberapa pejabat negara di salah satu perusahaan PCR di Indonesia, yakni Genomik Solidaritas Indonesia (GSI Lab).
Perusahaan yang pertama yang diduga memiliki keterlibatan bisnis tes usap PCR berasal dari dari PT Adaro Energy Tbk milik Garibaldi Thohir. Perusahaan milik kakak Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir ini diduga bisa meraup hingga 6,18 persen saham GSI Lab.
Garibaldi Thohir atau yang dipanggil dengan Boy adalah seorang presiden direktur dari Adaro. Perusahaan yang didirikan pada Maret 2020 tahun lalu sudah aktif berkecimpung dalam menangani pandemi, bakhan dari baru-baru aval Covid-19 menyebar di Indonesia.
Boy mengatakan bahwa pihaknya tidak ada niat untuk mencari keuntungan dan hanya ingin membantu masyarakat dalam pemeriksaan tes PCR. Disebutkan juga melalui Eksekutif Yayasan Adaro, Okty Damayanti bahwa kerjasamanya dengan sejumlah yayasan dan perusahaan tes PCR bertujuan demi menyediakan tes PCR yang terjangkau.
Diduga terdapat dua perusahaan milik salah satu Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan yang terlibat dalam bisnis PCR di perusahaan tersebut. Hal tersebut dibuktikan adanya 242 lembar saham atau setara dengan Rp242 juta dipegang oleh dua perusahaan yang telah terafiliasi milik Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, yaitu PT Toba Sejahtera dan PT Toba Bumi Energi.
Tidak hanya di kalangan menteri, terdapat sejumlah politikus pun turut terlibat dalam jaringan bisnis PCR. Salah satunya PT Intibios Lab & Klinik. Tertulis dalam situs resminya, mantan Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita sebagai pendiri perusahaan tersebut.
Direktur Utama Inti Bios Rio Abdurrahman Podungge mengungkapkan bahwa perusahaannya dicetus pertama kali oleh para dokter. Ia juga berkomentar bahwa Enggartiasto hanya menyarankan untuk membuka cabang laboratorium dan klinik tes PCR di berbagai daerah.
Sementara itu, dari Enggartiasto sendiri tidak berkomentar mengenai alasannya terjun ke dunia bisnis tes PCR dan hanya mengirimkan sebuah siaran pers mengenai kesiapan Intibios dalam penetapan harga baru tes PCR.
Selanjutnya politikus yang menyusul terjun ke dalam bisnis tes PCR ini adalah Lusyani Suwandi yang berasal dari kader Partai NasDem. Mantan calon legislator Pemilihan Umum 2019 dari daerah pemilihan Bangka Belitung, kini menjabat sebagai Direktur PT Halmahera Sarana Indonesia yang mengendalikan Halmahera Laboratorium di Cilincing, Jakarta Utara.
Lusyani pun membenarkan dirinya menjadi pemegang saham mayoritas di perusahaan Halmahera. Melalui bisnis tes PCRnya ini, ia mengaku mencari keuntungan agar bisnis tetap berjalan. Ia juga beranggapan mengenai harga tes PCR yang diturunkan. Menurutnya bisa berpotensi perusahaan merugi.
Tidak cukup sampai di sana, celotehan-celotehan mangenai kabar bisnis tes PCR ini juga dating dari seorang pengusaha bernama Jack Budiman. Pria yang pernah disebut dalam kasus korupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) pada 2012 lalu ini, saat ini menjadi pemegang saham dalam perusahaan bisnis tes PCR PT Budiman Maju Megah Farmasi atau yang disebut dengan PT Bumame.
Hebatnya, pada akta pendirian perusahaan tersebut tercantum nama Jack Budiman sebagai pemegang saham mayoritas. Direktur utama Bumame Farmasi, James Wihardja sendiri yang mengatakan layanan yang berasal dari perusahaan digunakan untuk mempermudah masyarakat dalam hal melayani tes PCR.
Selain itu, pada dasarnya PT Bumame Garmasi merupakan perushaan pengoperasian jaringan laboratorium tes PCR didirikan sejak tahun 2020.
Discussion about this post